PENDEKATAN HISTORIS DALAM STUDI ISLAM


Studi Islam adalah sebuah disiplin yang sangat tua seumur dengan kemunculan Islam sendiri. Karena Islam sebagai sebuah agama memiliki banyak aspek, maka obyek studi Islam pun beragam tergantung aspek mana yang ingin dilakukan oleh sang pengkaji maupun peneliti, baik itu dilakukan oleh umat Islam maupun kalangan non-muslim. Oleh karena itu dibutuhkan berbagai pendekatan.

Diawali hanya dengan satu pendekatan saja, yaitu pendekatan doktriner atau normatif teologis, pendekatan dalam studi Islam kemudian berkembang seiring dengan perkembangan jaman menjadi banyak pendekatan, diantaranya pendekatan historis, pendekatan sosiologis, pendekatan antropologis, pendekatan psikologis dan pendekatan fenomenologis. Semua pendekatan ini memiliki tujuannya masing-masing yang secara umum adalah untuk menghasilkan pemahaman yang tepat dan komprehensif tentang segala permasalahan Islam yang menjadi obyek pengkajian maupun penelitian.

Sebagai sumber utama studi Islam, Al-Qur’an dan Hadis perlu dipahami dengan baik. Salah satu cara memahaminya adalah dengan menggunakan pendekatan linguistik, yaitu pemahaman Alquran dan Hadis dari makna asalnya dalam bahasa Arab. Cara seperti ini tidak cukup, bahkan bukan tidak mungkin akan membawa kita kepada pemahaman yang parsial dan tidak utuh. Di sinilah pentingya pendekatan sejarah dalam memahami Al-Qur’an dan Hadis dan segala aspek dalam Islam. Sebagai agama yang mengedepankan sanad maka pendekatan sejarah mutlak dibutuhkan.
Pendahuluan
Islam telah menjadi kajian yang menarik minat banyak kalangan. Studi keIslaman pun semakin berkembang. Islam tidak lagi dipahami hanya dalam pengertian doktriner, tetapi telah menjadi fenomena yang kompleks. Kajian Islam tidak hanya dilakukan oleh sarjana Islam namun juga Barat dengan menggunakan ilmu-ilmu sosial dan humaniora, sehingga muncul sejarah agama, psikologi agama, sosiologi agama, antropologi agama, dll.
Agama atau keagamaan dalam kehidupan umat manusia dapat dikaji melalui berbagai sudut pandang. Islam khususnya, sebagai agama yang telah berkembang selama empatbelas abad lebih menyimpan banyak banyak masalah yang perlu diteliti, baik itu menyangkut ajaran dan pemikiran kegamaan maupun realitas sosial, politik, ekonomi dan budaya.
Salah satu perspektif yang dapat dikembangkankan bagi pengkajian Islam adalah pendekatan historis (sejarah). Kajian tentang sejarah kerapkali dijadikan sebagai gambaran dan pedoman (i’tibar) untuk kehidupan masa kini. Banyak persoalan umat Islam yang terjadi hari ini bisa bisa dipelajari dengan merujuk pada peristiwa-peristiwa masa lampau, sehingga segala kearifan masa lalu itu memungkinkan untuk dijadikan alternatif rujukan di dalam menjawab persoalan-persoalan masa kini. Sejarah juga akan memberikan kita—meminjam instilah Kuntowijoyo—‘kemampuan prediktif’ terhadap masa depan. Di sinilah arti pentingnya sejarah bagi umat Islam pada khususnya, apakah sejarah sebagai pengetahuan ataukah ia dijadikan pendekatan dalam mempelajari agama.
Bila sejarah dijadikan sebagai sesuatu pendekatan untuk mempelajari agama, maka sudut pandangnya akan dapat menelusur berbagai peristiwa masa lampau secara obyektif. Secara kritis, pendekatan sejarah itu bukanlah sebatas melihat segi pertumbuhan, perkembangan serta keruntuhan mengenai sesuatu peristiwa, melainkan juga mampu memahami gejala-gejala yang menyertai peristiwa. Inilah pendekatan sejarah yang sesungguhnya perlu dikembangkan di dalam penelitian masalahmasalah agama. Artinya harus ada gerak bolak-balik—double movement dalam istilah Fazlur Rahman—untuk menelusur ke masa lalu pada akar sejarah kemudian kembali ke masa kini untuk membawa ‘kebaikan’ dalam sejarah tersebut untuk memecahkan masalah yang tengah terjadi.

A. Pengertian Pendekatan Historis
Pendekatan historis berasal dari 2 kata, yaitu pendekatan dan historis. Pendekatan (inggris: approach) (arab: madkhal) adalah 1) proses perbuatan, cara mendekati, 2) usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti; metode-metode untuk mencapai pengertian tentang masalah penelitian . Dengan demikian pendekatan dalam penelitian dapat diartikan sebagai sepeangkat asumsi yang saling berkorelasi satu dengan yang lain sebagai titik tolak atau sudut pandang peneliti terhadap proses atau mengenai fenomena yang diteliti.
Kata historis berasal dari bahasa Inggris ‘history’ yang artinya sejarah atau sesuatu yang berkenaan dengan sejarah; bertalian atau ada hubungan dengan masa lampau . Secara terminologi, sejarah atau historis adalah berbagai peristiwa dengan memperhatikan unsur tempat, waktu, obyek, latar belakang dan pelaku dari peristiwa tersebut dapat dilacak dengan melihat kapan peristiwa itu terjadi, di mana, apa sebabnya, siapa yang terlibat dalam peristiwa tersebut . Artinya, sejarah tidak lebih dari sebuah rekaman peristiwa masa lampau manusia dengan segala sisinya.
Pengertian sejarah yang penulis nilai lebih lengkap mengacu pada dua konsep terpisah. Pertama, sejarah tersusun dari serangkaian peristiwa masa lampau, keseluruhan pengalaman manusia. Ke dua, sejarah sebagai suatu cara yang dengannya fakta-fakta diseleksi, diubah-ubah, dijabarkan dan dianalisis.     Artinya, sejarah merupakan rekonstruksi peristiwa masa lampau disusun secara ilmiah secara kronologis, diberi analisis kritis, sehingga mudah untuk dimengerti dan diketahui maknanya. Sehingga ia bukanlah kumpulan fakta lampau yang tidak ada nilainya untuk masa kini.
Analisis kritis menjadi pertimbangan mendasar untuk menentukan kualitas penelitian sejarah. Menurut Ibnu Khaldun, sejarah tidak hanya dipahami sebagai suatu rekaman peristiwa masa lampau, tetapi juga penalaran kritis untuk menemukan kebenaran suatu peristiwa pada masa lampau.  Dengan  kata lain unsur penting dalam sejarah selain adanya peristiwa, adanya batasan waktu, yaitu masa lampau, adanya pelaku, yaitu manusia, yang paling penting daya kritis dari peneliti sejarah untuk mengungkap makna-makna dalam sejarah. Tanpa adanya daya kritis maka double movement yang digagas Fazlur Rahman tidak akan tercapai artinya sejarah tidak pernah  menjadi ibrah sebagaimana harapan Islam.
Dengan demikian penelitian dengan pendekatan sejarah adalah upaya mensistematiskan fakta dan data masa lalu melalui pembuktian, penafsiran, generalisasi, dan juga penjelasan data melalui nalar kritis yang terikat pada prosedur penelitian ilmiah. Akhir dari proses tersebut adalah menemukan interpretasi dari sumber-sumber tersebut untuk dijadikan modal pemecahan masalah di masa kini.
Melalui pendekatan sejarah ini, seseorang diajak untuk memasuki keadaan yang sebenarnya berkenaan dengan penerapan suatu peristiwa. Disini seseorang tidak akan memahami agama keluar dari konsep historisnya, karena pemahaman demikian itu akan menyesatkan orang yang memahaminya. Misalnya seseorang yang ingin memahami Alquran secara benar maka ia harus mempelajari sejarah turunnya Alquran atau kejadian-kejadian yang mengiringi turunnya Alquran.. Dengan ilmu sejarah turunnya Alquran (asbabun nuzul), seseorang akan dapat mengetahui hikmah yang terkandung dalam suatu ayat yang berkenaan dengan hukum tertentu dan ditujukan untuk memelihara syariat dari kekeliruan memahaminya.
Dengan kata lain, pendekatan sejarah bertujuan untuk menentukan inti karakter agama dengan meneliti sumber klasik sebelum dicampuri yang lain. Dalam menggunakan data historis maka akan dapat menyajikan secara detail dari situasi sejarah tentang sebab akibat dari suatu persoalan agama.  Maka sejarah tidak hanya difungsikan untuk mengjaga penafsiran (dalil-dalil) Islam agar tidak keluar dari koridor tapi sejarah juga merupakan media untuk membuktikan keotentikan (dalil) Islam.

B. Landasan Pendekatan Sejarah dalam Studi Islam
Ada dua faktor pendukung utama berkembangnya penulisan sejarah dalam sejarah Islam (historiografi Islam), yaitu:
Pertama, Alquran sebagai kitab suci umat Islam memerintahkan umatnya untuk memperhatikan sejarah. Beberapa ayat Alquran dengan tegas memerintahkan hal itu. Alquran bahkan tidak hanya memerintahkan untuk memeperhatikan perkembangan sejarah manusia. Tetapi juga menjanjikan banyak kisah-kisah. Sebahagian ulama berpendapat bahwa dua pertiga isi Alquran itu adalah kisah sejarah. Ini dipaparkan dengan tujuan agar umat manuasia mengambil i’tibar dari padanya.
Ke dua, Ilmu hadis merupakan awal masa perkembangan Islam, ilmu hadis merupakan ilmu yang paling tinggi dan paling diperlukan oleh umat Islam pada waktu itu. Ulama bepergian dari satu kota ke kota lain untuk mencari hadis dan meriwayatkannya, kemudian lahirlah kitab hadis. Dapat dikatakan bahwa penulisan hadis inilah yang merupakan perintis jalan menuju perkembangan ilmu sejarah. Bahkan dalam rangka menyeleksikan hadis yang benar dari yang salah, muncullah ilmu kritik hadis, baik dari segi periwayatannya maupun dari segi matan ataupun materinya. Ilmu ini pulalah yang dijadikan metode kritik penulisan sejarah paling awal. Dengan demikian, tradisi pendekatan sejarah dalam dunia Islam telah muncul sebelum adanya persinggungan antara Islam dengan Barat.

C. Obyek dan Tujuan Kajian Sejarah
Perlu ditegaskan kembali bahwa ada bagian dari Islam yang merupakan produk sejarah, sehingga tidak semata-mata hanya boleh didekati secara doktriner. Teologi Syi’ah adalah bagian dari wajah Islam produk sejarah. Seluruh bangunan Islam klasik , tengah dan modern adalah produk sejarah. Sejarah politik, ekonomi dan sosial Islam, Sejarah regional di Pakistan, Asia Tenggara, di Indonesia dan dimanapun  juga adalah bagian dari Islam sebagai produk sejarah. Demikian juga filsafat Islam, kalam, fikih, ushul fikih juga produk sejarah.
Sebagai bagian dari produk sejarah maka sejarah Islam ditulis dan dikaji dari sudut pandang suatu fakta atau kejadian tentang Islam layaknya peradaban/bangsa lainnya. Maka obyek sejarah Islam mencakup fakta-fakta yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan sebuah kondisi dalam segmen sejarah lainnya. Obyek sejarah ada tiga macam, yaitu:
- Manusia (man)
- Waktu (time)
- Ruang/tempat (space).
Pendekatan sejarah dalam studi Islam mengutamakan oreintasi pemahaman atau penafsiran terhadap fakta sejarah, sejarah tersebut berperan sebagai metode analisis, karena sejarah dapat menyajikan gambaran tentang unsur-unsur yang mendukung timbulnya suatu kejadian (man dan space), maka Islam sebagai sasaran penelitian haruslah dijelaskan fakta-faktanya yang berhubungan dengan waktu (time) sebagaimana produk sejarah lainnya. Dalam inilah terlihat peran dan hubungan dari masing-masing obyek sejarah.
Pengenalan obyek merupakan bagian dari proses studi Islam melalui pendekatan sejarah guna meraih tujuannya. Tujuan pendekatan sejarah dalam kajian Islam adalah untuk menemukan ibrah dari sejarah. Prinsip ini merupakan bantahan bagi pihak-pihak yang mengkritik ilmu sejarah karena melihat sejarah sebagai sesuatu yang tidak ilmiah karena tidak memenuhi faktor-faktor keilmuan, terutama faktor "dapat dilihat atau dicoba kembali", artinya sejarah hanya dipandang sebagai pengetahuan belaka, bukan sebagai ilmu.
Di dalam Alquran cukup banyak ayat yang menggingatkan kita agar belaar dari sejarah. Dalam surah Ali-Imran ayat 137 disebutkan, “Sungguh telah berlalu sebelum kajian sunnah-sunnah Allah. Karena itu berjalanlah di muka bumi untuk memperlihatkan akibat apa saja yang menimpa orang-orang yang mendustakan Allah.” Ayat tersebut menekankan suatu peringatan agar orang Islam jangan melewatkan begitu saja suatu peristiwa agar orang Islam tidak terjebak pada kesalahan yang sama dengan orang-orang pendusta agama, demikianlah pandangan Islam terhadap sejarah melalui pendekatan sejarah. Pendekatan kesejarahan ini dibutuhkan dalam memahami agama. Karena agama itu sendiri terus dalam situasi yang konkrit.
Melalui pendekatan sejarah ini seseorang diajak untuk memasuki keadaan yang sebenarnya berkenaan dengan penerapan suatu peristiwa, dari sini maka seseorang tidak akan memahami agama keluar dari konteks historisnya. Seseorang yang ingin memahami memahami secara benar, misalnya yang bersangkutan harus memahami sejarah munculnya suatu hadis atau membuktikan keotentikannya maka ia harus melakukan pendekatan sejarah. Dengan ilmu ini seseorang akan mengetahui hikmah yang terkandung dalam suatu hadis yang berkenaan dengan hukum tertentu, dan ditujukan untuk memelihara syariat dari kekeliruan memahaminya serta masuknya  hadis-hadis palsu.
Dalam perspektif yang lebih luas sejarah adalah topik ilmu pengetahuan yang mengajarkan hal-hal yang sangat penting, terutama mengenai: keberhasilan dan kegagalan dari para umat manusia terdahulu, sistem perekonomian yang pernah ada, bentuk-bentuk pemerintahan, dan hal-hal penting lainnya dalam kehidupan manusia sepanjang sejarah. Dari sejarah, dapat dipelajari apa saja yang memengaruhi kemajuan dan kejatuhan sebuah negara atau sebuah peradaban sepanjang zaman. Maka ada benarnya perkataan hikmah yang berbunyi, "mereka yang tidak mengenal masa lalunya, dikutuk untuk mengulanginya."

D. Klasifikasi Pendekatan Sejarah
Karena lingkup sejarah sangat besar, perlu klasifikasi yang baik untuk memudahkan penelitian. Ada banyak cara untuk memilah informasi dalam sejarah, antara lain :
Berdasarkan kurun waktu (kronologis).
Berdasarkan wilayah (geografis).
Berdasarkan negara (nasional).
Berdasarkan kelompok suku bangsa (etnis).
Berdasarkan topik atau pokok bahasan (topikal).
Dalam pemilahan tersebut, harus diperhatikan bagaimana cara penulisannya seperti melihat batasan-batasan waktu dan ruang tema itu sendiri. Jika hal tersebut tidak dijelaskan, maka sejarawan mungkin akan terjebak ke dalam falsafah ilmu lain.
E. Teori dalam Pendekatan Sejarah
Dengan pendekatan historis diharapkan mampu memahami nilai sejarah adanya agama Islam. Sehingga terbentuk manusia yang sadar akan historisitas keberadaan Islam dan mampu memahami nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Dengan menggunakan pendekatan sejarah ada lima teori yang bisa digunakan, yaitu:
1. Idealisme approach adalah seorang peneliti yang berusaha memahami dan menafsirkan fakta sejarah dengan mempercayai secara penuh fakta yang ada tanpa keraguan.
2. Reductionalist approach adalah seorang peneliti yang berusaha memahami dan menafsirkan fakta sejarah dengan penuh keraguan.
3. Diakronik adalah penelusuran sejarah dan perkembangan satu fenomena yang sedang diteliti.
4. Sinkronik adalah kontekstualisasi atau sosiologis kehidupan yang mengitari fenomena yang sedang diteliti
5. Teori adalah penelitian yang menulusuri latar belakang dan perkembangan fenomena yang lengkap dengan sejarah sosio-historis dan nilai budaya yang mengitarinya.

F. Langkah-langkah penelitian sejarah
Langkah-langkah dalam penelitian agama dengan pendekatan penelitian sejarah adalah : heuristic, verifikasi atau kritik, interprestasi, dan historiografi.
1. Pengumpulan obyek yang berasal dari suatu zaman dan pengumpulan bahan-bahan tercetak, tertulis dan lisan yang relevan, langkah awal dalam penelitian sejarah ini disebut dengan Heuristic . Sumber-sumber yang diperoleh perlu dipertimbangkan apakah termasuk sumber primer atau sumber skunder, yakni sumber yang langsung atau tidak langsung memberikan informasi tentang peristiwa-peristiwa agama dalam sejarah.
2. Menyingkirkan bahan-bahan (atau bagian-bagian daripadanya) yang tidak autentik, langkah yang kedua ini disebut dengan verivikasi atau kritik sumber. Kritik sejarah ini dilakukan terhadap dua hal, yaitu kritik terhadap sisi eksternal sumber dan kritik terhadap sisi internal sumber.
Kritik eksternal, yaitu kritik terhadap sisi fisik sumber. Apakah bahan yang dipakai itu asli, apakah tulisan tintanya juga asli dan sebagainya. Intinya di sini mempertanyakan keaslian (otentisitas) sumber sejarah.
Kritik internal, yaitu kritik terhadap isi sumber dengan membandingkan beberapa sumber yang sama. Apabila isi dari sumber itu sama benar, maka sumber itu dinyatakan dapat dipercaya kebenarannya.
3. Menyimpulkan kesaksian yang dapat dipercaya berdasarkan bahan-bahan yang autentik, langkah yang ketiga ini disebut dengan interprestasi, dalam tahap ini diperlukan pengetahuan interdisipliner agar mendapatkan penafsiran yang relevan. Fakta sejarah memang harus obyektif, tetapi tidaklah berarti peneliti tidak ada peluang untuk menerangkan fakta itu atas dukungan teori yang dimilikinya. Oleh karena itu proses interpretasi sejarah juga dimungkinkan masuk unsur-unsur subjektif peneliti, terutama gaya bahasa dan sistem kategorisasi atau konseptualisasi terhadap fakta-fakta sejarah berdasarkan teori yang dikembangkannya.
Dalam hal ini, Badri Yatim dalam salah satu kesimpulannya tentang penulisan sejarah, mengatakan bahwa pengerjaan ilmu sejarah tidak saja menuntut kemampuan teknis dan wawasan teori, tetapi juga integritas yang tinggi. Karena itu, dalam melakukan studi sejarah, sejarawan sering harus meninjau kecenderungan pribadinya.
4. Penyusunan kesaksian yang dapat dipercaya itu menjadi suatu kisah atau penyajian yang berarti, tahap yang terakhir ini dinamakan dengan Historiografi. Historiografi dapat dikatakan sebagai puncak dari rangkaian kerja seorang peneliti sejarah, dan dari tahapan inilah da¬pat diketahui “baik buruknya” hasil kerja secara keseluruhan.
Sebelum keempat langkah ini, ada satu kegiatan yang cukup penting, sehingga tahapan kegiatan penelitian sejarah tersebut oleh Kuntowijoyo ditambahkannya menjadi lima tahap yakni diawali dengan pemilihan topik dan rencana penelitian.  Dengan demikian langkah-langkahnya adalah; pemilihan topik, heuristic, verifikasi, intrepertasi dan historiografi.

G. Perkembangan Kajian Islam melalui Pendekatan Historis
Untuk melihat lebih jelas keadaan pertumbuhan dan perkembangan historiografi Islam pada periode awal dan juga perkembangan mutakhirnya dapat dilihat dalam pembahasan berikut ini:
1. Historiografi Islam Pada Periode Awal
Kajian mengenai pertumbuhan dan perkembangan historiografi Islam periode awal perlu diadakan tinjauan dari dua segi, yaitu dari segi aliran dan metode. Berdasarkan alirannya, historiografi Islam pada periode awal itu terpola dalam tiga aliran, yaitu:
a. Aliran Madinah, mereka mengembangkan penulisan sejarah bertolak dari gaya penulisan ahli hadis, lalu kemudian mulai berkembang penelitian khusus tentang kisah peperangan Rasul (al-maragi). Orang pertama yang menyusun al-maragi dan kemudian disebut sebagai simbol peralihan dari penulisan hadis kepada pengkajian al-maragi, ialah Aban Ibnu Usman Ibn Affan (w.105 H/723 M) dan yang paling terkenal sebagai penulis al-maragi adalah Muhammad Ibn Muslim al-Zuhri (w.124 H/742 M), dari penulisan al-maragi kemudian dikembangkan lagi dan melahirkan penulisan Sirah Nabawiyah (riwayat hidup Nabi Muhammad SAW).
b. Aliran Iraq. Aliran ini lebih luas dari aliran Madinah dan Yaman, karena memperhatikan harus sejarah sebelum Islam dan masa Islam sekaligus dan sangat memperhatikan sejarah para khalifah. Sistem penulisan aliran ini adalah pengungkapan kisah al-ayyam di masa sebelum Islam, kemudian karena adanya persaingan antara kabilah untuk mencapai kekuasaan, disini dikembangkan model penulisan silsilah.
Langkah pertama yang sangat menentukan perkembangan penulisan sejarah di Iraq adalah pembukuan tradisi lisan. Ini pertama kali di lakukan oleh Ubaidillah Ibn Abi Rafi’ dengan menulis buku yang berisikan nama para sahabat yang bersama Ali bin Abi Talib ikut dalam perang Jamal, Siffin dan Nahrawan oleh karena itu, dia dipandang sebagai sejarawan pertama dalam aliran Iraq.
c. Aliran Yaman, mereka mengembangkan penulisan sejarah pra-Islam. Di daerah ini jauh sebelum Islam datang telah berkembang budaya penulisan peristiwa, isinya adalah cerita-cerita khayal dan dongeng-dongeng kesukuan, sehingga berita-berita israiliyat masuk dan mempengaruhi historiografi Islam. Para penulis hikayat-hikayat yang banyak dikutip oleh sejarawan muslim berikutnya yang terpenting di antaranya adalah Ka’ab al-Ahbar (w.32 H).
Ketiga aliran penulisan sejarah tersebut di atas, kemudian melebur dalam karya-karya penulis sejarah berikutnya, khususnya dalam karya-karya sejarah. Tiga sejarawan besar Ibn Ishaq (w.207 H/823 M) dengan karyanya Almaragi dan Muhammad Ibn Said (w.230/845 M) dengan karyanya ‘Abaqat Alkabir.
Sedangkan dari segi metode historiografi Islam periode awal dibagi menjadi dua bagian yaitu:
a. Historiografi dengan metode riwayah.
Metode ini tumbuh dan berkembang dari masa awal sampai abad ketiga. Tokoh historiografi dengan riwayat ini adalah Al-‘Abari dengan karyanya Tar’k al-Rusul wa al-Muluk.
b. Historiografi dengan metode dirayah.
Metode ini tumbuh dan berkembang abad ke empat dan ke lima Hijrah, pelopornya adalah Al-Mas’udi (w.345 H) dengan karyanya Muruj al-‘Ahab. Kemudian mengalami perkembangan dari masa ke masa dan mencapai puncaknya pada diri ibn Khaldun.
Pada pertengahan pendekatan sejarah dalam studi agama secara umum tidak dilakukan lagi oleh umat Islam. Periode ini merupakan periode kemunduran peradaban Islam, di mana secara politik, ekonomi dan ilmu pengetahuan umat Islam berada dalam kondisi yang sangat memprihatinkan, terutama setelah penyerangan Hulagu Khan dari Mongol yang membumihanguskan kekuatan khilafahan Bani Abbasiyah di Baghdad pada tahun 1258 M.  Hal tersebut menciptakan stagnasi ilmu pengetahuan Islam yang ditandai dengan minimnya karya ilmiah baru di berbagai bidang, termasuk sejarah.
Setelah Al-Muqaddimah, karya Ibn Khaldun, karya ilmiah tentang sejarah di dunia Islam yang menjadi referensi utama umat Islam hingga kini belum ada yang menandinginya, padahal dalam Islam, manusia memiliki peran sentral dalam sejarah. Sementara itu, di negera-negara Eropa dan Amerika yang non-muslim, masa pertengahan dalam periode sejarah Islam ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuannya, suatu hal yang menjadikan studi agama di kalangan mereka berkembang pesat pada abad ke-19 dan 20 M.
2. Historiografi Islam Modern
Pada penghujung abad XVIII, Reinainsance menggiring Barat bukan hanya untuk mengadopsi keilmuan Islam secara menyeluruh, namun mulai mengembangkannya dalam fase yang sangat realistis dan cepat. Berbagai macam disiplin ilmu kembali mereka kembangkan, bukan hanya sekedar kajian sejarah namun sudah mulai mengarah kepada sejarah sosial yang meninjau culture sebuah kaum.
Ketika Barat telah memasuki era penelitian sejarah sosial yaitu studi tentang struktur dan proses tindakan timbal balik manusia sebagaimana telah terjadi dalam kontek sosio-kultural dalam masa lampau yang tercatat, penulisan sejarah di dunia Islam tampaknya tidak begitu cepat mengikuti perubahan yang terjadi di Barat. Para sejarawan Arab modern ini masih disibukkan dengan metodologi dan pendekatan baru yang sebenarnya sudah lama berkembang di Barat. Islam yang awalnya menjadi leader berubah menjadi follower dalam perkara ini.
3. Historiografi Islam Mutakhir
Tarikh adalah sistem penanggalan yang pengitungannya didasarkan atas peredaran bulan mengelilingi bumi. Dalam perkembangan selanjutnya, tarikh menjadi beragam dan berkembang sesuai perkembangan pencatatan sejarah itu. Disebut juga penunjukan waktu tentang apa yang dilakukan perawi hadia dan pemimpin agama. Dalam hal ini diterangkan tanggal kelahiran dan kematian, kesehatan jasmani dan rohani, kesegaran pikiran, perjalanan yang dilakukan, ketelitian dan kemampuan ilmu, tingkat keadilan, kefasikan dan hal-hal khusus lainnya.
Sejarawan pada periode awal muncul nama-nama seperti Aban Ibn Usman (w.1n5 H). Muhammad Ibn Muslim al-Zuhri (w.124 H) sampai kepada at-Tabari (w.310 H), kemudian disusul beberapa tokoh terkemuka pada masa pertengahan seperti Ibn Khaldun (w.808 H), di Penghujung abad 18 awal abad 19, muncul seorang sejarawan yang disebut sebagai pelopor dan perintis kebangkitan kembali Arab Islam yang bernama Abd Rahman al-Jabarti (w.124 H/1825 M).
Dengan menggunakan dan mengembangkan corak penulisan sejarah melalui metode hawliyat ditambah dengan metode Maudu’iyat (tematik). Baru pada abad 20 para sejarawan Islam terutama setelah adanya kontak budaya dan ilmu pengetahuan antara Timur dengan Barat mulai mengembangkan historiografi Islam dengan metode kajian terhadap sejarah secara menyeluruh, total atau global, tidak hanya satu aspek sosial saja dengan mencontoh metode dan pendekatan yang berkembang di dunia Barat.



DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Taufik dan M Rusli Karim (ed.), Metodologi Penelitian Agama Sebuah Pengantar, cet. ke-2, Yogyakarta; Tiara Wacana Yogyakarta, 1990.
Abdullah, Taufik, Sejarah dan Masyarakat, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1987.
Anonim, “Sejarah”, dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah#Historiografi. Akses tanggal 5 April 2014.
Arfan, Aip Aly, “Pendekatan Sejarah Dalam Studi Islam: Urgensi Dan Eksistensinya dalam Sejarah Islam”. Paper dipresentasikan dalam acara Diskusi Keempat Lecturer’s Study Club (LSC) Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Indonesia Jakarta pada hari Rabu, 15 Januari 2013.
Babbie, Earl, The Practice of Social Research, California: Wadasworth Publishing Co, 1986.
Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah, cet. II, Ciputat: PT. Logos Wacana Ilmu: 1999.
Echol, John; and Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, cet. XX, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992.
Louis, Gottschalk, Mengerti Sejarah, Terj. Nugroho Notosusanto, Jakarta: UI-Press, 1983.
Nasution, Khairudin, Pengantar Studi Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.
Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam, Jakarta:  PT. Grafindo Persada, 2008.
Santoso, Rahmat Iman, “Penulisan Sejarah Pendidikan Islam”, Makalah matakuliah sejarah IAIN Sunan Ampel.
Setiawan, Ebta, KBBI ofline versi 1.1 freeware, 2010.
Yatim, Badri, Historiografi Islam, Logos: Wacana Ilmu, Jakarta, 1997.


Disusun Guna Memenuhi Tugas Akademik
Mata Kuliah: Pendekatan Dalam Pengkajian Islam
Dosen Pengampu: Dr. Ahmad Arifi, M.A
Disusun oleh:
Purnomo (1320411028)
II PAI A Mandiri
PROGRAM PASCASARJANA PRODI PENDIDIKAN ISLAM
KONSENTRASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
TAHUN AKADEMIK
2014


Share on Google Plus

About Admin

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

1 comments:

  1. assalamu'alaikum
    mohon izin untuk menjadikan referensi membuat makalah saya dalam subbab pendekatan historis :)

    ReplyDelete